Selamat datang di blog Berita Kalimantan

Sunday, October 6, 2013

Kemana Capung Ku Pergi

Masih teringat ketika kecil dulu, banyak sekali dijumpai hewan kecil, unik dan memiliki postur seperti helikopter. Kami menyebutnya sebagai capung. Capung memiliki ukuran dan corak warna yang beranekaragam. Ada capung yang berwarna merah, hitam berbintik kuning, hijau dan ada juga yang berwarna biru kehijauan. Di dunia terdapat sekitar 5000 spesies capung.  

Serangga yang satu ini sering terlihat di kebun, sawah, hutan, sungai, danau, pekarangan rumah atau taman. Capung hanya hidup pada lingkungan perairan yang bersih.

Capung berkembang dalam tiga tahap, yaitu telur, nimfa dan capung dewasa. Tahap perkembangan ini di kenal sebagai siklus hidup. Siklus hidup capung dari telur hingga mati berkisar antara enam bulan sampai maksimal enam atau tujuh tahun. Capung dewasa hanya akan meletakan telur-telurnya di lingkungan perairan yang bersih dan tidak tercemar. Telur akan menetas menjadi nimfa yang hidup di perairan. Nimfa capung hidup kira-kira 3 tahun, kemudian bermetamorfosis menjadi capung dewasa yang bersayap. Capung dewasa ini hanya hidup beberapa minggu saja untuk melangsungkan perkawinan dan setelah kawin, capung tersebut mati.

Morfologi Capung

Siklus Hidup Capung

Capung memiliki peranan besar dalam menentukan kualitas perairan. Nimfa capung sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan perairan. Pada kondisi lingkungan tercemar, nimfa capung akan mati. Selain sebagai indikator kualitas perairan, nimfa capung memangsa jentik-jentik nyamuk sehingga berperan sebagai pengendali populasi nyamuk.

Saat ini, keberadaan capung mulai sulit ditemukan. Banyaknya kerusakan habitat capung menjadi pemicu hilangnya banyak spesies capung di dunia. Di daerah kami, hutan, kebun, sawah dan areal perladangan banyak yang telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan semakin hilangnya habibat capung. Disamping itu, minimnya perhatian akademisi terhadap kelestarian capung juga menjadi salah satu penyebab hilangnya capung di negeri ini.

Orang-orang tua sering bercerita kepada kami. "Dulu, di daerah sini banyak sekali capung beraneka warna. Di sekitar sungai dan kebun, kita bisa melihat mereka beterbangan saling berkejaran satu dengan yang lainnya. Tapi, sekarang lihatlah. Kita duduk di sini sudah lebih dari 2 jam, tapi yang kita lihat hanya 2 jenis capung aja. Itupun intensitas kehadirannya sangat kecil. Kami tidak tahu kemana mereka pergi. Padahal, kehadirannya bisa "menyejukkan hati" kata salah seorang sesepuh desa. 

Kami hanya bisa berharap semoga peneliti dan pemerintah dapat memberikan perhatian yang serius terhadap kekayaan hayati di daerah kami. Kami berharap agar anak cucu kami kelak masih dapat melihat capung bercorak indah dan menarik. 

Capung..... kembalilah... kami merindukan keindahanmu.....

2 comments:

  1. Maaf untuk yang telah komentar pada postingan "kemana capungku pergi" terdahulu. Ada kesalahan pada proses editing, sehingga postingan awal terdelete. Silahkan tinggalkan komentar kembali di sini. Sekali lagi admin mohon maaf. Terima kasih

    ReplyDelete
  2. capung endemik kalbar yang sudah dketahui apakah sudah ada ?

    ReplyDelete