Masih
teringat ketika kecil dulu, banyak sekali dijumpai hewan kecil, unik dan
memiliki postur seperti helikopter. Kami menyebutnya sebagai
capung. Capung
memiliki ukuran dan corak warna yang beranekaragam. Ada capung yang berwarna merah,
hitam berbintik kuning, hijau dan ada juga yang berwarna biru kehijauan. Di dunia terdapat sekitar 5000 spesies capung.
Serangga yang satu ini sering terlihat di kebun, sawah, hutan, sungai, danau, pekarangan rumah atau taman. Capung hanya hidup pada lingkungan perairan yang bersih.
Serangga yang satu ini sering terlihat di kebun, sawah, hutan, sungai, danau, pekarangan rumah atau taman. Capung hanya hidup pada lingkungan perairan yang bersih.
Capung berkembang dalam tiga tahap, yaitu telur, nimfa dan capung dewasa. Tahap perkembangan ini di kenal sebagai siklus hidup. Siklus hidup capung dari telur hingga mati berkisar antara enam bulan sampai maksimal enam atau tujuh tahun. Capung
dewasa hanya akan meletakan telur-telurnya di lingkungan perairan yang bersih dan
tidak tercemar. Telur akan menetas menjadi nimfa yang hidup di perairan. Nimfa capung hidup kira-kira 3 tahun, kemudian bermetamorfosis
menjadi capung dewasa yang bersayap. Capung dewasa ini hanya hidup
beberapa minggu saja untuk melangsungkan perkawinan dan setelah kawin, capung tersebut mati.
|
|
Capung
memiliki peranan besar dalam menentukan kualitas perairan.
Nimfa capung sangat sensitif
terhadap perubahan lingkungan perairan. Pada kondisi
lingkungan tercemar, nimfa
capung akan mati. Selain sebagai indikator kualitas perairan,
nimfa capung
memangsa jentik-jentik nyamuk sehingga berperan sebagai
pengendali populasi
nyamuk.
Saat ini, keberadaan
capung mulai sulit ditemukan. Banyaknya
kerusakan habitat capung menjadi pemicu hilangnya banyak
spesies capung di dunia. Di daerah kami,
hutan, kebun, sawah dan areal perladangan
banyak yang telah dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan semakin hilangnya habibat capung.
Disamping itu, minimnya perhatian akademisi terhadap
kelestarian capung juga menjadi salah satu penyebab hilangnya capung di negeri
ini.
Orang-orang tua sering
bercerita kepada kami. "Dulu, di daerah sini banyak sekali capung beraneka
warna. Di sekitar sungai dan kebun, kita bisa melihat mereka beterbangan saling
berkejaran satu dengan yang lainnya. Tapi, sekarang lihatlah. Kita duduk di sini
sudah lebih dari 2 jam, tapi yang kita lihat hanya 2 jenis capung aja. Itupun
intensitas kehadirannya sangat kecil. Kami tidak tahu kemana mereka pergi. Padahal,
kehadirannya bisa "menyejukkan hati" kata salah seorang sesepuh desa.
Kami hanya bisa berharap semoga
peneliti dan pemerintah dapat memberikan perhatian yang serius terhadap kekayaan
hayati di daerah kami. Kami berharap agar anak cucu kami kelak masih dapat melihat
capung bercorak indah dan menarik.
Capung..... kembalilah... kami merindukan keindahanmu.....
Capung..... kembalilah... kami merindukan keindahanmu.....
Maaf untuk yang telah komentar pada postingan "kemana capungku pergi" terdahulu. Ada kesalahan pada proses editing, sehingga postingan awal terdelete. Silahkan tinggalkan komentar kembali di sini. Sekali lagi admin mohon maaf. Terima kasih
ReplyDeletecapung endemik kalbar yang sudah dketahui apakah sudah ada ?
ReplyDelete